Kita adalah Para Juara

Belajar sungguh-sungguh, hormat kepada Bapak/Ibu guru, dan beribadah kepada Rabbul Izzati, Allah SWT adalah cara kami menjadi generasi emas islam.

Kami selalu ingin menjadi mitra yang baik

Belajar tidak hanya di sekolah. Jauh lebih penting kita belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya. "Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk orang lain".

Berprestasi adalah tradisi kami

Allah menciptakan manusia untuk berprestasi. Dan berprestasi di hadapan Allah jauh lebih luar biasa. Do'akan kami untuk terus mengukir prestasi terbaik di dunia dan akhirat. "SDIT Izzatul Islam Berhitmad untuk Ummat".

Kami juga bersahabat dengan alam

Allah lebih menyukai orang-orang kuat daripada yang lemah. Muslim prestatif, taat, dan kuat. Allahu Akbar!!

Puncak tertinggi kan kami daki

Hidup di dunia hanya sekali. Berjuang dan ber-azzam-lah untuk senantiasa dalam kebaikan! Akan kami raih puncak tertinggi itu ya Allah, "Izzatul Islam".

Jumat, 04 Oktober 2013

Kemah Peduli SDIT Izzatul Islam Getasan


Peserta kemah sedang menyimak kuliah subuh


SDITnews-Bidang Kesiswaan SDIT Izzatul Islam Getasan melaksanakan program kemah peduli di Bumi Perkemahan Java Banyubiru bekerjasama dengan Racana STAIN Salatiga. Kemah ini dilaksanakan selama dua hari yakni Selasa (1/10) dan Rabu (2/10). Peserta dari kegiatan ini dikhususkan seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5. Dalam acara ini siswa diberi tambahan materi tentang kesehatan, baris-berbaris, dan wawasan nusantara. Disamping itu juga diadakan kegiatan sholat berjama’ah, senam, api unggun, pentas seni, bersih sungai, dan outbond.

Muniroh, M.Pd., kepala sekolah SDIT Izzatul Islam Getasan mengatakan, “sesuai dengan tagline SDIT menjadikan siswa generasi yang cerdas, mulia, dan mandiri. Acara ini bertujuan untuk menanamkan kemandirian yang lebih terhadap siswa. Selain itu juga untuk meningkatkan ketahanan tubuh siswa serta menumbuhkan sikap kepedulian siswa kepada lingkungan dan manusia yang lain.”[dp]

SDIT Izzatul Islam Getasan Adakan Motivasi UN


Peserta AMT berpose di puncak gunung telomoyo

 Getasan-SDIT Izzatul Islam Getasan beberapa waktu yang lalu, Sabtu-Minggu (21-22/9) mengadakan Achievement Motivation Training (AMT) bagi siswa kelas enam. Acara ini diadakan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) tahun 2014 mendatang. Dalam kegiatan ini sebanyak 52 siswa kelas enam diajak untuk mendaki Gunung Telomoyo.
Seluruh peserta berkumpul di sekolahan pada waktu asar. Kemudian dengan menggunakan mobil antar-jemput siswa diantar ke lokasi di Dusun Dalangan, kaki Gunung Telomoyo. Para peserta melaksanakan sholat maghrib dan isya’ di Masjid Dalangan. Setelah itu mereka dibekali tausiyah menjadi anak sholih oleh Ustadzah Marhamah, M.Pd. Dengan pakaian yang serba hangat, mereka menyimak nasihat itu dengan baik.
Karena rencana untuk mendaki dimulai tengah malam, maka mereka beristirahat dan bermalam di Masjid Dalangan. Kebetulan ada dua lantai, siswa putra beristirahat di lantai bawah dan siswa putri beristirahat di lantai atas. Mereka ada yang bisa tidur, namun tak sedikit yang tidak bisa tidur karena tidak terbiasa tidur sendiri. Padahal masing-masing didampingi oleh Bapak dan Ibu guru.
Pada waktu tengah malam pukul 00.30 mereka dibangunkan untuk menunaikan sholat tahajud. Ada yang sudah bangun sendiri dan segera mengambil air wudhu. Tapi kebanyakan dari mereka harus dibangunkan. Setelah mereka semua menunaikan shalat tahajud, baru dilanjutkan persiapan untuk mendaki Gunung Telomoyo.
Dengan dipandu guru pendamping, mereka melakukan pemanasan. Dengan harapan  tidak ada yang terkilir jikalau mendaki. Sekitar pukul 01.30, mereka baru mulai mendaki. Dengan berbagai rasa, semangat, lelah, dan berat akhirnya seluruh peserta mampu sampai di puncak pukul 04.00. Meskipun dalam perjalanan tak jarang yang berkali-kali beristirahat untuk meneguk air minum dan menikmati snack yang mereka bawa.
Setelah semua di puncak, mereka segera mempersiapkan diri untuk shalat subuh. Mungkin ini adalah pengalaman pertama mereka menunaikan shalat subuh di puncak gunung yang sangat dingin. Meskipun dalam keadaan yang dingin, mereka pun memberanikan diri untuk berwudhu dengan air yang mereka bawa dari bawah yang dimasukkan ke dalam botol masing-masing. Mereka shalat subuh berjamaah dan dilanjutkan menyimak kuliah subuh yang disampaikan oleh Dwi Pujiyanto, S.Pd.I.
Para siswa membubuhkan tanda tangan
Setelah itu mereka mempersiapkan untuk turun. Setelah turun beberapa puluh meter dari puncak, tepatnya ditempat yang cukup luas, mereka diberi motivasi. Dengan dipandu Dwi Pujiyanto dan Muniroh sebagai trainer. Seluruh siswa dimotivasi dengan pendekatan ESQ. Hampir seluruh siswa mampu dikondisikan dan tak jarang yang meneteskan air mata karena mampu tersentuh dengan perenungan (muhasabah) yang disampaikan oleh trainer.
Salah seorang siswa disematkan pin

















































































































yang bertuliskan raih 3 besar kab. semarang


Di akhir motivasi mereka diambil ikrar untuk memperjuangkan nasib mereka di UN bulan Mei 2014 ke depan dengan meraih peringkat terbaik 3 besar se-kabupaten Semarang. Tidak hanya itu, mereka semua diambil komitmennya untuk berusaha dengan sebaik-baiknya dengan membubuhkan tanda tangan pada spanduk yang bertuliskan “UN ke-4 Raih 3 Besar Kabupaten Semarang”. Pembubuhan tanda tangan juga diikuti oleh Bapak dan Ibu guru pendamping.
Muniroh, M.Pd., selaku kepala sekolah menyampaikan, “ini adalah ke empat kalinya sekolah kami akan mengikuti UN. Setelah angkatan-angkatan sebelumnya menorehkan prestasi yang terbaik. Kami menargetkan di angkatan ke empat ini mampu menembus 3 besar kabupaten. Tiga besar ini bukan berarti peringkat tiga, tetapi bisa peringkat pertama atau ke dua. Kami cukup yakin. Setelah tiga angkatan sebelumnya mampu menorehkan prestasi yang terbaik yakni masing-masing peringkat enam, peringkat lima, dan peringkat sembilan se-Kabupaten Semarang. Dengan memohon ridlo Allah, cita-cita dan harapan ini akan kami usahakan dengan sebaik-baiknya.” (Dwi Pujiyanto, S.Pd.I., guru kelas 6)

Selasa, 01 Oktober 2013

Hasil Rapat Panitia Musywil JSIT Jateng


Assalamu'alaikum wr. wb.

berikut kami lampirkan notulensi hasil rapat panitia Musywil JSIT Jateng, Rabu, 25 September 2013 di SMPIT Nurul Islam.

Mohon yang bersangkutan untuk segera menindaklanjutinya.
syukron jazakumullah ahsanal jaza'

Wassalamu'alaikum wr wb

download di sini

Jumat, 02 Agustus 2013

Amalan-amalan dalam 10 Hari Terakhir Ramadhan



Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah masa-masa emas untuk mendulang pahala dan ampunan Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan-lah ada perintah untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan pula ada perintah mencari lailatul qadar.
Berikut ini beberapa amalan yang semestinya kita kerjakan dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, untuk menggapai ampunan Allah Ta’ala dan meraih lailatul qadar.   
1. Menjaga shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid
«مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ»
Barangsiapa berwudhu dengan sempurna untuk melaksanakan shalat, kemudian ia berjalan kaki menuju shalat wajib, sehingga ia melaksanakan shalat wajib tersebut bersama masyarakat, atau berjama’ah, atau di masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (HR. Muslim no. 232)
2. Melaksanakan shaum Ramadhan
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
3. Melaksanakan shalat tarawih dan witir
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
3. Diutamakan melaksanakan shalat tarawih dan witir secara berjama’ah di masjid sampai selesai bersama dengan imam.
Jika kita memiliki “kebiasaan buruk” shalat tarawih di masjid hanya beberapa raka’at saja bersama imam, lalu berhenti dan tidak mengikuti shalat imam, hanya karena kita sibuk ngobrol, sibuk main HP, atau bahkan berniat akan shalat witir sendiri nanti malam di rumah; maka sebaiknya kita merubah hal itu. Sangat dianjurkan untuk shalat tarawih dan witir bersama dengan imam di masjid, sehingga selesai dan salam bersama imam, berdasar hadits shahih:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jika seseorang melakukan shalat [tarawih dan witir] bersama imam sampai selesai, niscaya dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Daud no. 1375, Tirmidzi no. 806, An-Nasai no. 1364, Ibnu Majah no. 1327 dan lain-lain. Dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Syu’aib al-Arnauth, al-Albani dan lain-lain)
5. Bersungguh-sungguh dalam mengisi waktu malam dan siang dengan memperbanyak ibadah.
Terlebih pada waktu malam, diutamakan untuk memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, istighfar, dan amal kebajikan lainnya. Diutamakan pula tidak melakukan hubungan suami-istri dan lebih mengutamakan ibadah mahdhah kepada Allah Ta’ala. Hendaknya seorang kepala rumah tangga mengajak serta istri dan anak-anaknya untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Ta’ala.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam jika telah datang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah beliau menghidupkan waktu malam [dengan ibadah], membangunkan keluarga [istri-istrinya], bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
6. Memperbanyak sedekah dan infak
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam adalah orang yang paling dermawan dan saat beliau paling dermawana adalah di bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemui beliau. Malaikat Jibril senantiasa menemui beliau pada setiap malam dalam bulan Ramadhan untuk saling mempelajari Al-Qur’an. Pada saat itu Rasulullah lebih dermawan dalam melakukan amal kebajikan melebihi (cepat dan luasnya) hembusan angin.” (HR. Bukhari no. 6 dan Muslim no. 2308)
7. I’tikaf
Disunahkan melakukan i’tikaf selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan bagi orang yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki halangan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian para istri beliau melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
8. Ribath dan jihad di jalan Allah Ta’ala
Bulan Ramadhan adalah bulan ribath dan jihad. Banyak peperangan besar dalam sejarah Islam terjadi di bulan suci Ramadhan. Berjaga-jaga di medan perang dan berperang untuk menegakkan syariat Allah dan membela keselamatan nyawa kaum muslimin di bumi jihad Suriah, Irak, Afghanistan, Somalia, Mali, Chechnya dan Rohingnya pada bulan suci Ramadhan merupakan amalan yang sangat dianjurkan.
Hadits shahih telah menjelaskan keutamaan sehari berperang di jalan Allah dalam kondisi berpuasa:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah [yaitu dalam kondisi berjihad] niscaya Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim no. 1153)
Hadits di atas disebutkan oleh imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukharinya, pada kitab Jihad was Siyar, bab fadhlu shaum fi sabilillah. Para ulama hadits lainnya juga menempatkan hadits ini dalam pembahasan jihad fi sabilillah. Artinya, makna fi sabilillah dalam hadits tersebut adalah berperang semata-mata untuk menegakkan syariat Allah dan membela kaum muslimin yang tertindas. Wallahu a’lam bish-shawab.
Hal yang menguatkan hal itu adalah hadits tersebut diriwayatkan dari jalur sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafal:
مَا مِنْ مُرَابِطٍ يُرَابِطُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلاّّ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
Tidak ada seorang murabith pun yang berjaga-jaga di jalan Allah lalu ia berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Abu Thahir adz-Dzuhli dalam Al-Fawaid. Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 6/48)
Imam An-Nawawi berkata: “Hadits ini dibawa pada pengertian apabila puasa tidak membahayakan dirinya, tidak membuatnya meninggalkan suatu kewajiban, tidak membuat peperangannya melemah dan tidak melemahkannya dari tugas-tugas lainnya dalam peperangannya.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 8/33)
Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied berkata: “Sabda beliau di jalan Allah, menurut ‘urf (kebiasaan) mayoritas penggunaan istilah ini adalah untuk perkara jihad.” (Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ihkam al-Ahkam Syarh Umdat al-Ahkam, 2/37)
Imam Ibnul Jauzi al-Hambali berkata: “Jika disebutkan lafal jihad begitu saja [tanpa ada kata lain yang mengiringinya] maka maknanya adalah jihad.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, 6/48)
Hadits-hadits shahih juga telah menjelaskan keutamaan ribath di jalan Allah.
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللهِ أَفْضَلُ، وَرُبَّمَا قَالَ: خَيْرٌ، مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقِيَ فِتْنَةَ القَبْرِ، وَنُمِّيَ لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
Dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga [di medan perang] selama sehari-semalam itu lebih utama daripada puasa selama satu bulan penuh dan shalat malam selama sebulan penuh, dan jika ia mati saat menjalankan tugas jaga tersebut niscaya ia akan aman dari [siksaan] dua malaikat kubur  dan amal yang biasa ia kerjakan akan terus mengalir pahalanya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1913 dan Tirmidzi no. 1665, dengan lafal Tirmidzi)
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَازِلِ»
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga satu hari di [medan perang] di jalan Allah itu lebih baik dari 1000 hari di tempat selainnya.” (HR. Tirmidzi no. 1667, An-Nasai no. 3169, hadits hasan)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَأَنْ أُرَابِطَ لَيْلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أَقُومَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ
“Berjaga-jaga di medan perang di jalan Allah selama semalam adalah lebih aku sukai daripada saya melakukan shalat tarawih dan witir pada malam lailatul qadar di sisi Hajar Aswad.” (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 28/6)
9. Umrah Ramadhan
Keutamaan umrah di bulan suci Ramadhan dijelaskan dalam hadits shahih:
«فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً»
“Jika datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah olehmu umrah, sebab umrah pada bulan tersebut setara [pahalanya] dengan [pahala] haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256)
«فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي»
Sesungguhnya [pahala] umrah di bulan suci Ramadhan itu setara dengan pahala haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)
Hukum umrah menurut kesepakatan ulama adalah sunnah. Ketika dalam satu waktu yang sama seorang muslim dihadapkan kepada dua pilihan, melaksanakan amalan wajib dan amalan sunnah, maka amalan wajib harus didahulukan atas amalan sunnah. Terlebih jika meninggalkan amalan wajib tersebut mengakibatkan bencana besar terhadap agama, nyawa, harta, kehormatan dan akal kaum muslimin.
Umrah di bulan Ramadhan, betatapun besar pahalanya, adalah amalan sunnah. Pada saat yang sama umat Islam memiliki amalan lain yang sifatnya wajib, yaitu membantu jutaan kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang terancam keselamatan nyawa dan akidahnya. Jutaan muslim Suriah dikepung dan dibombardir oleh pasukan rezim Nushairiyah dan milisi-milisi Syiah. Kaum muslimin Suriah kekurangan makanan, obat-obatan, senjata dan amunisi. Mereka berada di antara dua bahaya; mati karena kelaparan atau mati karena dibantai oleh pasukan Nushairiyah dan milisi Syiah.
Banyak dalil dari Al-Qur’an dan as-sunnah yang memerintahkan kita untuk membantu dan menyelamatkan saudara-saudara kita yang tertindas, kelaparan dan terancam keselamatan nyawa dan akidah mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
Dan tolong-menolonglah kalian dalam amal kebajikan dan ketakwaan. (QS. Al-Maidah [5]: 2)
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3)
Tahukah engkau orang yang mendustakan hari pembalasan (hari kiamat)? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma’un [107]: 1-3)
Hadits-hadits shahih memerintahkan kita untuk memperhatikan kesengsaraan sesama kaum muslimin.
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فُكُّوا العَانِيَ، يَعْنِي: الأَسِيرَ، وَأَطْعِمُوا الجَائِعَ، وَعُودُوا المَرِيضَ “
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Bebaskanlah muslim yang tertawan musuh, berilah makanan orang yang lapar dan tengoklah orang yang sakit!” (HR. Bukhari no. 3046)
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Perumpamaan kaum beriman dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan menyantuni adalah seperti sebuah tubuh, jika satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan sulit tidur malam dan demam panas.” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586, dengan lafal Muslim)
Infak untuk membantu dan menyelamatkan kaum muslimin Suriah dan Rohingnya adalah kewajiban, bukan sekedar amalan sunnah. Adapun umrah di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah dan masih mungkin dilakukan tahun-tahun mendatang. Seorang muslim yang cerdas dan memiliki kesadaran ukhuwah akan mendahulukan infak untuk kaum muslimin Suriah dan Rohingnya yang manfaatnya bisa dirasakan ratusan ribu orang, daripada mengerjakan umrah Ramadhan yang manfaatnya terbatas untuk dirinya sendiri.
Saat seorang muslim mengeluarkan belasan bahkan puluhan jutanya untuk melaksanakan Umrah Ramadhan yang nilainya sunnah, dan ia tidak menginfakkan sebanyak mungkin harta untuk kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang nilainya wajib, maka  akibatnya sangat fatal; puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu kaum muslimin akan mati kelaparan atau mati dibantai, masjid-masjid akan dihancurkan, agama kekafiran Nushairiyah dan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah akan berjaya.
Saudaraku seislam dan seiman…
Inilah di antara amal-amal shalih yang seharusnya menjadi konsentrasi kita pada sepuluh hari terakhir dari bulan suci Ramadhan. Semoga Allah mengaruniakan ampunan, lailatul qadar dan ridha-Nya kepada kita. Wallahu a’lam bish-shawab.
- See more at: http://www.arrahmah.com/ramadhan/mutiara-ramadhan-20-amalan-amalan-dalam-10-hari-terakhir-bulan-ramadhan.html#sthash.4HkE2O2S.dpuf

Ibadah dan Cinta


"Dan Cinta... dapat menghilangkan segala rasa sakit" ~ Al-Bushiri.

Wajah Tsaubaa' terlihat pucat, sehingga seorang sahabat bertanya kepadanya: "Ya Tsaubaa', mengapa engkau terlihat pucat? Apakah engkau kurang sehat?," ujar sahabat.

"Alhamdulillah sehat, akan tetapi aku sudah tiga hari tidak berjumpa dengan Rasulullah saw," jawab Tsaubaa'.

Kerinduan kepada seseorang yang kita cintai terkadang mempengaruhi jiwa dan alam pikiran. Bahkan terkenang setiap waktu.

Dan ini terlukis di wajah Tsaubaa' yang rindu berjumpa Nabi saw, rindu mendengarkan taujih, arahan beliau saw. Rindu mendengar berita wahyu yang baru turun. Bahkan sekadar ingin memastikan apakah Rasulullah saw, baik-baik dan sehat-sehat saja.

Kisah lain yaitu tentang sahabat bernama Ka'ab, yang setiap sebelum subuh mencari air lalu memberikannya kepada Rasulullah saw untuk berwudhu. Demikianlah yang dilakukan Ka'ab setiap hari menjelang Subuh, sehingga Rasulullah saw, berkata: "Ya Ka'ab, mintalah apa yang engkau inginkan. Nanti aku mohonkan kepada Allah, dan Insya Allah akan dikabulkan," ujar Nabi saw.

"Saya tidak minta apa-apa ya Rasulullah. Saya hanya ingin bersama engkau di surga Allah," jawab Ka'ab.

"Kalau engkau ingin bersamaku di Surga kelak, maka bantulah dengan memperbanyak sujud," kata Nabi saw.

"Katakanlah (Ya Muhammad), jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi saw). Maka kalian akan dicintai Allah dan diampuni segala dosa kalian..." QS 3:31.

Cara mencintai Allah swt adalah dengan menghidupkan sunnah Nabi saw, bukan dengan mengada-adakan sesuatu yang tidak ada tuntunannya di dalam Al Quran maupun sunnah Nabi saw.

Ibadah adalah puncak dari rasa kecintaan. Dia berawal dari pengenalan kita terhadap ayat-ayat Allah, baik ayat qawliyyah (Al-Qur’an dan Sunnah) maupun ayat-ayat kawniyyah (Alam dan seluruh makhluk).

Dari pendalaman memahami ini, akan mulai muncul rasa simpati kepada kebesaran Allah swt, kepada nikmat Allah, kekuasaan Allah, kebaikan Allah swt dan sebagainya.

Barulah kemudian mewujud dalam bentuk ketaatan yang sejati, kesetiaan yang tak mudah goyah, yang berujung dalam bentuk penghambaan dan penyerahan total diri kita kepada Allah swt.

Inilah hakekat ibadah yang sebenarnya, yaitu pengabdian kepada Yang Maha Pencipta, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Upaya penghambaan ini tentu akan berbuah manis, yaitu beroleh cinta dari Allah swt, diampuni segala dosanya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Semoga ibadah Ramadhan ini, kian menuntun kita semakin dekat kepada cinta Allah swt.

Kalau mengerti jenisnya lebah
Tentu hindari si pohon kapuk
Kalau mengerti makna ibadah
Tentu menjadi lebih khusyuk



Penulis : Tifatul Sembiring
Sumber: Ramadhan Antara

Selasa, 02 Juli 2013

SDIT Adakan Study Tour ke Jepara

SDITnews-Rabu (19/6) lalu, SDIT Izzatul Islam Getasan mengadakan study tour ke Jepara. Peserta dalam kesempatan ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 53 siswa. Study tour kali ini hanya mengunjungi 2 objek wisata yang ada di Bumi Kartini, yaitu diantaranya di Museum Kartini dan Pantai Bandengan. Selain sebagai refreshing/hiburan paska Ujian Kenaikan Kelas (UKK), kegiatan ini juga sebagai pembelajaran di luar kelas. Siswa bisa belajar tentang sejarah Raden Ajeng Kartini dan menambah pengalaman naik perahu.

Salah satu ruang di Museum Kartini
Kunjungan pertama adalah di Museum Kartini. Museum Kartini berada di Jalan Alun-alun Kota Jepara. Di tempat ini para pengunjung mendapat bimbingan/arahan dari petugas tentang perjalanan hidup serta perjuangan RA Kartini. Para pengunjung masih bisa menyaksikan benda-benda yang dulu pernah digunakan oleh RA Kartini semasa hidupnya. Ada desain ruang tamu, ruang belajar, kursi, meja, dan benda-benda bersejarah yang lainnya.
Bagian depan Museum Kartini


Setelah beberapa menit menikmati museum kartini, dilanjutkan sholat berjamaah di Masjid Agung Kota Jepara, yang letaknya berdekatan dengan Museum Kartini.

Setelah semuanya sholat, maka perjalanan dilanjutkan ke objek wisata yang selanjutnya yaitu menuju Pantai Bandengan. Perjalanan dari Museum Kartini menuju Pantai Bandengan hanya memerlukan kurang lebih 30 menit perjalanan. Sesampainya di Pantai Bandengan, seluruh siswa dan pendamping langsung diajak menaiki perahu menyeberang ke Pulau Panjang. Pulau Panjang adalah nama pulau kecil yang terletak di sekitar Pantai Bandengan. Untuk menyeberang ke sana, kami menaiki perahu diesel dengan membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Di Pulau Panjang, kami berjalan menyusuri dan mengelilingi pulau. Sambil menikmati udara yang segar, kami juga bisa menyaksikan beberapa satwa liar yang ada di pulau itu.

Sekitar 2 jam telah berlalu, kami pun kembali ke pantai. Nah, di pantai ini baru seluruh siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bermain air. Mereka mengenakan pelampung seperti tim SAR. Mereka juga menyewa perahu, ban, dan permainan air yang lain. Sungguh seluruh siswa menikmati study tour kali ini dengan ceria. Kami meninggalkan Pantai Bandengan sekitar jam 17.30.

Terima kasih ya Allah, Kami bersyukur atas nikmat-nikmat yang Engkau berikan. [dp]