Oleh:
Sutrimo, S.Pd.
Pendidikan karakter akhir-akhir ini menjadi
pembicaraan utama didunia pendidikan. Padahal ketika kita melihat kebelakang,
ternyata pendidikan karakter sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Kita lihat
karakter atau akhlaq beliau diakui oleh mata dunia, hingga detik ini kita bisa
merasakan karakter yang beliau contohkan. Yayasan Izzatul Islam Getasan sebagai
lembaga pendidikan islam sudah mempersiapkan pendidikan karakter sejak awal,
bahkan sekarang dipertajam melalui Kurikulum 2013.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan.
Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya
pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah
bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan
dalam hidupnya.
Seorang siswa, jika ingin mendapatkan pendidikan
yang layak, tentunya harus didukung oleh tiga pilar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat. Tiga pilar ini harusnya memiliki kekuatan yang baik sehingga siswa
tidak mengalami goncangan hebat dalam perjalanannya menuntut ilmu. Kalaupun
nantinya siswa mendapat goncangan, maka tidak akan menjadi masalah yang berat,
karena masing-masing pilar berusaha untuk membantu siswa menghadapi goncangan
tersebut.
Pilar
pertama Keluarga. Secara umum orangtua pasti sudah menanamkan
karakter anak yang baik sejak kecil. Baik dalam artian memiliki sikap yang
baik, mampu mengambil keputusan dengan langkah-langkah yang baik, kuat dalam
berfikir, memiliki tujuan hidup yang jelas dan mampu menjalankan step by
stepnya. Nah, kalau orangtuanya bisa membentuk anak seperti ini, enak kan? Si
anak sudah disiapkan buat menghadapi tantangan di zamannya besok saat dia
dewasa.Kalau sudah begini, maka mau tidak mau, orangtua harus berfikiran
terbuka. Terbuka dengan segala informasi lama dan terbaru, terbuka dengan
perkembangan zaman, terbuka dengan perubahan sikap anak. Perlu diingat,
perilaku atau karakter orangtua akan ditiru oleh anaknya. Seperti pepatah jawa
mengatakan “kacang ora ninggal lanjaran”. Maka berhati-hatilah dalam mendidik
anak.
Pilar
kedua Sekolah. Sekolah sekarang harusnya bukan lagi sekolah
yang bisa meluluskan siswanya dengan nilai akademik yang bagus-bagus tapi juga
mampu meluluskan siswanya dengan karakter yang baik dan kuat. Artinya, semua
orang di dalam lingkup sekolah, harus memberikan contoh atau karakter yang bagus.
Kepala sekolah, guru, bagian tata usaha, tukang kebun, bagian kebersihan, sopir,
bagian konsumsi, komite sekolah dan lain sebagainya menjadi bagian pembentukan
karakter anak.
Pilar
ketiga Lingkungan sekitar siswa (masyarakat). Lingkungan ini
bukan hanya di sekitar keluarga dan sekitar sekolah saja tetapi lebih luas
lagi. Yaitu lingkungan luar yang terjangkau siswa dalam bentuk berita. Baik
berita yang biasa dilihat (televisi, koran, atau kejadian langsung) dan berita yang
biasa didengar (radio, gosip tetangga, obrolan antar teman). Kok sebegitu
luasnya? Ya jelas, perkembangan teknologi seperti HP dan internet cepat sekali.
Informasi yang mereka dapat juga cepat, mudah, banyak dan beragam. Artinya, seharusnya
masyarakat itu memfilter sendiri supaya siswa kita ini tidak ditunjukkan dengan
berita-berita yang sifatnya melemahkan karakter.
Insya Allah dengan ketiga pilar ini kita
tegakkan bersama-sama, kita akan memiliki anak yang cerdas, mulia, mandiri dan
menjadi kebanggaan kita bersama, amiin.