Selasa, 25 Desember 2012

TIPE GURU MANAKAH KITA?

Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sistem pendidikan, tetapi ditentukan juga oleh pendidik. Melalui pendidiklah aktivitas paedagogis dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat.
Guru selain sebagai pendidik, juga bertanggung jawab dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang telah ditetapkan, sehingga kehadiran guru akan banyak memengaruhi keberhasilan proses pendidikan itu sendiri. Gurulah yang menjadi ujung tombak dalam proses penyiapan generasi mendatang. Karena itu, jika bangsa ini hendak menyiapkan generasi mendatang, gurulah yang pertama kali harus dipersiapkan.
Dalam kehidupan masyarakat, istilah guru mempunyai arti lebih luas, tidak sebatas guru di sekolah saja. Semua orang yang pernah memberikan atau mengajarkan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru. Misalnya, guru silat, guru mengetik, guru menjahit, dan sebagainya.
Mengajar sering kali dikaitkan dengan kegiatan menyampaikan dan memberikan sesuatu berupa bahan dan materi tertentu yang mesti dipelajari oleh siswa. Karena itu, ketika guru mengajar, ia mengajar sesuai dengan garis besar program pengajaran sebagaimana terdapat dalam kurikulum.
Dalam tindak mengajar, terdapat proses transfer dari guru kepada siswa. Jadi, tindakan mengajar lebih berurusan dengan penyampaian materi pelajaran sehingga siswa dapat memahami isi kurikulum yang mesti mereka pelajari. Hasil ajaran ini lantas diuji melalui proses evaluasi untuk melihat apakah siswa itu dapat menguasai materi yang diajarkan atau belum.
Mendidik memiliki konotasi yang lebih luas, tidak sekadar menyampaikan materi pelajaran. Karena itu, mendidik juga tidak sekadar berurusan dengan menyampaikan materi pelajaran. Guru mendidik dengan cara menghadirkan diri mereka secara utuh di hadapan siswa dan dengan itu siswa merasakan kehadiran guru sebagai sosok yang istimewa, sebagai pribadi yang memberikan inspirasi dan rasa hormat.
Guru menjadi teman, sahabat, pengajar, rekan kerja, pendamping, orang tua, dan semua kemampuan individu yang memungkinkan proses belajar di sekolah berjalan dengan baik, di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan mendidik berkaitan dengan eksistensi keseluruhan individu dalam relasinya dengan orang lain dan lingkungannya. Untuk itu, mendidik tidak dapat dibatasi oleh kegiatan di dalam kelas.
Seiring perkembangan kehidupan yang semakin kompleks, kadang guru terjebak pada kehidupan materialistik. Hal ini membuat Aris Setiawan membagi guru menjadi tiga kategori, yaitu guru nyasar, bayar, dan sadar. (Republika, 9/12).
Guru nyasar, sosok yang hanya melihat guru sebuah profesi alternatif di tengah kesulitan mencari kerja. Tipe ini yang penting adalah bekerja, memberikan materi seadanya, pasang muka killer, dan selalu memarahi muridnya dengan kata-kata yang tidak seharusnya.
Guru bayar, memiliki tipikal pada awal bulan penuh semangat mengajar, dan pada akhir bulan lemas. Guru kategori ini biasanya tidak pernah menghafal nama anak didiknya. Bila diumpamakan, ada uang aku sayang, tidak ada uang aku melayang.
Guru sadar, sosok pendidik yang mampu memosisikan diri sebagai orang tua. Anak didik dianggap sebagai anak kandung sendiri. Ia sadar bergaji kecil, tapi lebih mengharapkan gaji yang cair di akhirat. Ia juga kenal dekat dengan siswa dan orang tuanya. Guru kategori ini mampu menyenangkan dan menggerakkan semangat siswanya. Guru sadar ini mampu memerankan dirinya sebagai sosok sebagaimana diuraikan Eric Hoyle dalam bukunya, The Role of Teacher.
Muhammad Atiyah al-Abrasyi, Abdurrahman an-Nahlawi, dan Imam al-Ghazali menambahkan sifat-sifat yang dimiliki sosok guru sadar, yaitu zuhud, kebersihan diri, ikhlas, pemaaf, kebapak-bapakan, mengetahui tabiat anak didik, menguasai mata pelajaran, bersifat rabbani, sabar, jujur, senantiasa membekali diri dengan ilmu, mampu menggunakan berbagai metode mengajar, mampu mengelola anak didik, mengetahui keadaan psikis anak didik, memiliki kepekaan dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi, bersifat adil, tidak meninggalkan nasihat, tidak berlaku kasar, tidak menjelek-jelekkan ilmu yang lain di depan anak didik, tidak mengajarkan sesuatu di luar kemampuan anak didik, mengajarkan pelajaran secara jelas, dan hendaknya pendidik mengamalkan ilmunya.
Wahai bapak dan ibu guru, termasuk tipe guru manakah kita: nyasar, bayar, ataukah sadar?

•Republika, Guru Menulis, 14/12-2011

0 komentar:

Posting Komentar